Saat mengikuti lelang batu bacan, saat tulisan ini dibuat harga sangat tidak masuk akal, setinggi langit bahkan mengalahkan batu permata yang selama ini sudah dikenal luas, untuk ukuran yang sebanding. Pada saat yang lain ada lelang NATURAL CHRYSOPRASE CHALCEDONY, saya lihat tidak ada peminat.  
Sementara itu beberapa hari sebelumnya daya mendapatkan Batu Bacan. Saya pikir tidak ada salahnya  CHRYSOPRASE CHALCEDONY saya "ambil".
Secara fisik saya ingin melihat apa bedanya? dan secara teoritik saya ingin tahu lebih jauh apa perbedaan dan persamaan keduanya.
Setelah browsing beberapa saat ketemu dengan artikel menarik dengan judul  "Membedakan Green Chalcedony, Chrome Chalcedony, Chrysocolla-in-Chalcedony, Chrysoprase Chalcedony, dan Dyed Chalcedony"
Berikut ini adalah copy paste artikel tersebut ...... 
Chalcedony adalah sebuah nama yang diberikan kepada seluruh 
jenis cryptocrystalline quartz, yang mana mineralnya terdiri dari 
cystal-crystal kecil silica yang menyatu dan membentuk chalcedony 
tersebut.
Dapat diartikan bahwa chalcedony tidak terdiri dari satu 
crystal besar saja seperti halnya Macrocystalline quartz yang terdiri 
dari Citrine, Amethyst, Rose Quartz, dan lainnya.
Meskipun cystal-crystal
 yang membentuk chalcedony bisa dikatakan cukup rapat, tetapi tetap saja
 menjadikan batu ini Pouros, yaitu berpori-pori sehingga dapat mudah 
menyerap sehingga chalcedony menjadi batu yang paling banyak dilakukan 
proses dyed atau pewarnaan. 
Chalcedony pun terbagi lagi menjadi sub-varieties, khusus di bahasan 
kali ini, saya akan berfokus pada Green Chalcedony, Chrome Chalcedony, 
Dyed Chalcedony, Chrysocolla-in-Chalcedony dan Chrysoprase Chalcedony.
Terkadang, masih banyak yang belum paham apa sih perbedaan antara green,
 chrsyoprase, chrome dan dyed chalcedony?  Lalu bagaimana membedakannya?
 Mengingat keempatnya memiliki karakter yang sama. Mari kita ulas satu 
per satu. 
Green chalcedony dan chrysoprase, keduanya  memiliki warna hijau yang 
berasal dari nickel oxide. Untuk kedua batu ini membedakannya cukup 
mudah, green chalcedony memiliki warna hijau yang cukup murni dan 
intense, sedangkan chrysoprase lebih mengacu kepada warna yellowish 
green atau biasa disebut applegreen.
Lalu bagaimana membedakannya dengan
 dyed chalcedony? Cara paling mudah adalah dengan menggunakan Chelsea filter, green chalcedony dan chrsyoprase chalcedony tidak akan bereaksi 
menggunakan Chelsea filter, sedangkan dyed chalcedony akan bereaksi 
dengan berubah menjadi grayish atau pinkish yg mana green dan 
chrsyoprase akan tetap hijau.
Sekarang mari kita bergerak ke pembahasan selanjutnya, antara dyed 
chalcedony dan chrome chalcedony.
Chrome chalcedony atau ada sebagian 
yang menyebutnya Mtroloite, memiliki warna hijau yang berasal dari 
Chromium.  Sekali lagi cara yang paling mudah untuk membedakannya dengan
 dyed chalcedony adalah melalui Chelsea filter, sudah saya sebutkan tadi
 jika dyed chalcedony akan bereaksi grayis atau pinkish, sedangkan 
chrome chalcedony justru akan bereaksi dengan berubah menjadi merah yang
 sangat kuat. Hal berikutnya yang dapat membedakan yaitu spectrum jika 
anda mengerti bagaimana menggunakan spectroscope, lalu yang terakhir 
dari inklusinya itu sendiri.
Chalcedony yang di dyed biasanya inclusion 
free atau bersih dalamnya, sedangkan chrome terdapat inklusi.  
Chrome 
chalcedony juga diketahui berasal dari Maluku, sekitar Bacan. Salah satu
 customer GRI adayang mengirimkan sample chrome chalcedony yang 
didapatkannya dari Maluku.
Pembahasan yang terakhir, bisa dibilang, ini adalah chalcedony yang 
paling popular dikalangan pecinta batu,Chrysocolla-in-Chalcedony. 
Chryscolla-in-chalcedony memiliki trade name diluar negeri sebagai “Gem 
Silica” sedangkan di Indonesia disebut “Bacan”. Element yang memberikan 
warna blue-green, bluish-green, greenish-blue maupun green-blue adalah 
copper. 
Yang paling menarik adalah jika kita membahas tentang Bacan sebagai 
trade name, ketika saya membuat artikel ini saya terlibat diskusi dengan
 beberapa penghobby batu di forum sebelah, tentang bagaimana dan mengapa
 Bacan menjadi trade name. saya terlibat didalam diskusi yang cukup 
asik,masing-masing mengutarakan pendapatnya. bagi yang masih belom tahu,
 Bacan merupakan sebuah pulau yang terletak di kepualaun Maluku, pulau 
ini terkenal sebagai penghasil sebuah batu yang memikat banyak orang, 
Chrysocolla-in-Chalcedony yang pada akhirnya menjadi sebuah trade name 
untuk batu tersebut.
Tidak ada salahnya dengan hal itu, justru kita 
harus berbangga dengan chrysocolla-in-chalcedony yang dihasilkan pulau Bacan, Indonesia. Hanya saja terkadang banyak yang masih belum tahu, 
jika chrysocolla-in-chalcedony juga dihasilkan oleh banyak Negara 
lainnya,sebut saja Filipina, amerika latin, Australia, dan banyak lagi. 
Terima kasih,dan semoga pembahasan kali ini dapat memberikan manfaat 
bagi semua pembaca, salam hormat.
Adam Harits, G.G
GRILab Gemologist
